4.20.2016

PIALA PRESIDEN : HANYA SEKEDAR TARKAM BIASA


Drama dua leg yang luar biasa tersaji dalam pergelaran turnamen Piala Presiden antara Persib Bandung dan PBFC. Drama yang dibumbui dengan kisah-kisah di luar lapangan yang digosok media seperti opera sabun yang tersaji di layar kaca televisi kita.

Menjelang pertandingan leg II pun suasana semakin menarik. Kekalahan Persib di leg pertama menjadikan atmosfer turnamen semakin panas. Setelah Iwan Sukoco, wasit pada pertandingan leg I yang menjadi bintang pertunjukan, kali ini Iwan Setiawan pelatih PBFC yang menjadi sorotan.

Sayang, dua Iwan ini seperti kata Bon Jovi, ‘you give IWAN, a bad name’. Memberikan citra negatif bagi pemilik nama Iwan. Iwan Sukoco dengan keputusan-keputusan kontroversialnya yang merugikan Persib. Iwan Setiawan dengan celotehnya di media massa akhirnya memercikkan muka di dulang. Kemenangan Persib Bandung dengan skor 2-1 (aggregat 4-4), membungkam mulut cablaknya.

Kemeriahan itu menggiring kita untuk melupakan hal lain yang terjadi di dunia sepak bola kita. Misalnya, kita lupa bila Piala Presiden ini tak ubahnya hanyalah turnamen kelas tarkam. Indonesia masih dikucilkan dari pergaulan sepak bola Intenasional karena statusnya masih di-banned oleh FIFA sebagai federasi tertinggi sepak bola dunia.

Kita luput memperhatikan, bagaimana tim SBAI (Sepak Bola Anak Indonesia) terkena getahnya. Tim SBAI yang sejatinya tunas-tunas pesepakbola masa depan, diusir dari perhelatan Borneo Cup di Sabah. Sabah yang berada di pulau Kalimantan -pulau yang sebagian besar bergabung dengan NKRI dan hanya sebagian kecil ikut Malaysia- tim sepakbola kita tidak boleh menjejakkan kakinya di sana.

Pertanyaannya kemudian, untuk apa kemeriahan di Piala Presiden ini? Tidak ada artinya bagi klub, bagi pemain, bahkan untuk negara ini. Turnamen ini hanyalah sekelas turnamen tarkam yang diadakan hanya untuk hiburan belaka. Tidak lebih.

Tidak akan ada upaya untuk membentuk kerangka Timnas misalnya. Karena tidak ada gunanya. Selama masih dikucilkan FIFA, timnas Indonesia tidak akan pernah bisa bertanding melawan timnas negara lain.

Timbul pula pertanyaan siapa yang berhak menjatuhkan sanksi apabila ada ‘attitude’ yang buruk dari klab, pemain, ofisial, atau perangkat pertandingan selama turnamen ini? Karena PSSI pun tidak bisa hadir sepenuhnya di sini. Selama masih di-banned oleh FIFA, setiap kekacauan dan ‘ke-misleuk-an’ selama turnamen ini tidak akan mendapat sanksi berarti.

Mahaka Sport hanya penyelenggara, bukan pembuat regulasi. Sanksi yang diberlakukan Mahaka Sport hanya berlaku pada turnamen ini saja. Bila turnamen ini usai, maka usialah pula sanksi yang dikenakan pada para trouble maker macam Iwan Sukoco.

Kita menghadiri dan memeriahkan turnamen ini karena setia dengan klub kesayangan kita. Kita merindukan Persib berlaga dan memberi atraksi menarik di setiap laga. Tidak ada yang salah, malah membanggakan.

Di tengah kondisi sepak bola dan ekonomi yang sedang ‘meroket’, Si Jalak Harupat dipenuhi Bobotoh yang datang dari seluruh penjuru. Nonton bareng pun digelar di berbagai tempat di Kota Bandung. Kegiatan ekonomi menggeliat, koran kembali laris manis usai pertandingan, dan para pedagang kecil di sekitar stadion dan tempat nobar meraup sedikit keuntungan. Tak lebih.

Yap, tak lebih dari pergelaran tarkam untuk memeriahkan Agutusan. Usia kemeriahan ini tak akan lama, hanya sepanjang perhelatan. Kita pasti akan masih selalu mendukung Persib Bandung, untuk berlaga di level apapun. Tetapi para pemain, para pejuang-pejuang yang turut berkontribusi pada nama Persib, mendekati ujung kepastian. Mendekati akhir turnamen berarti mendekati akhir masa ‘gacong’ mereka. Setelah turnamen usai, kontrak mereka yang seumur jagung dengan klub pun berakhir pula.

Inilah nasib sepak bola hiburan. Tak ubahnya seperti pertunjukkan sirkus. Pemain hanyalah artis, dan supporter hanyalah pemberi sodakoh. Turnamen ini hanyalah murni kegiatan ekonomi, bukan kegiatan olahraga. Solusinya hanya satu: sebelum turnamen ini usai , negara harus berdamai dengan asosiasi. Jangan sampai terjadi lagi pengusiran tim sepak bola Indonesia dari pentas internasional seperti yang dialami SBAI tempo hari.

Ricky N. Sastramihardja
Editor in Chief Maenbal.co

pernah dimuat di maenbal.co
http://maenbal.co/15871/suara-redaksi/piala-presiden-hanya-sekedar-tarkam-biasa/
foto: TRI AJI

27-09-2015

No comments: