10.02.2007

Kalifa Ayu Ramadhanti

http://6ix2o9ine.blogspot.com






Kalifa Ayu Ramadhanti

http://6ix2o9ine.blogspot.com


Alhamdulillah. Puji syukur kami panjatkan hanyma padaMu ya Rabb yang Rahman Rahiim, atas lahirnya anak kami yang ke-2
KALIFA AYU RAMADHANTI dengan BB/TB 3,4kg/49cm
pada hari Kamis, tanggal 27 September 2007 pukul 20.50 WIB di Bandung.
Lahir telak tanggal 16 Ramadhan 1428 H
saat bulan purnama baru bergeser 2 hari dari puncak cahaya bulatnya

Atas dorongan moril semua kerabat dan handai tolan,saya hanya bisa mengucapkan terima kasih banyak.

Hanya Alloh SWT yang bisa membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu kami hingga proses persalinan berjalan lungsur-langsar.

Jazzakalallohu khoiron Katsiraan.
Semoga Alloh SWT membalas dengan lebihnya

4.10.2007

Lagi-lagi STPDN!!!


http://6ix2o9ine.blogspot.com

Cliff Muntu (19 Tahun), mahasiswa tingkat II/madya IPDN Jatinangor (d.h. STPDN) tewas di RS Al Islam Bandung. Indikasi menunjukkan Cliff Muntu tewas akibat tindak kekerasan yang dilakukan oleh seniornya, mahasiswa-mahasiswa tingkat III/nindya. Berdasar laporan media hingga Senin malam 09/03/2007, Cliff Muntu tewas dengan sekijur luka leba, di tubuhnya. Lebih parah dari itu, biji zakarnya juga pecah karena benturan keras, serta terdapat sisa suntikan formalin dalam jasad malangnya.

Sekali lagi menunjukkan bahwa sekolah kedinasan yang dinaungi Departemen Dalam Negeri/Depdagri ini betul-betul sekolah yang haus akan tindak kekerasan yang berujung maut. Cliff Muntu jauh-jauh datang ke Jatinangor dari Menado dengan maksud menjemput impian menjadi aparat negara. Namun apa daya, sebelum sampai saat itu, ajal lebih dulu datang menjemput melalui tangan-tangan penuh darah.

Tangan-tangan penuh darah. Tangan-tangan itulah yang dalam 5 atau 10 tahun lagi akan menjadi aparat negara, yang akan menjadi pelayan masyarakat. Tangan-tangan itulah yang akan menjadi pengelola negara, pengelola masyarakat. Tangan-tangan yang penuh kekerasan dan sadisme….

Sebagai catatan, hal serupa juga terjadi di sekolah kedinasan lain, kali ini di Bekasi. Tepatnya di STTD (Sekolah Tinggi Transportasi Darat) yang dikelola oleh Departemen Perhubungan. Kekerasan senior terhadap junior di STTD sempat menelan korban meninggal. Kejadian tersebut terjadi tanggal 15 Februari 2007 lalu (baca: http://www.kompas.com/kompas-cetak/0702/17/metro/3328791.htm). Namun entah kenapa blow up media massa tidak sebesar IPDN. Mungkin saat itu berbarengan dengan kejadian dan musibah lain yang senantisa melanda negeri ini.

Dan ini bukan isapan jempol atau berita koran. Adik sepupu saya yang tahun 2006 kemarin berhasil menjadi salahsatu mahasiswa di STTD mesti mengalami operasi usus buntu akibat pemukulan dan perppeloncoan yang dilakukan seniornya. Adik saya hanya bertahan satu semester saja. Sekarang ybs berhenti dari kuliah dengan kondisi psikologis yang traumatis. Secara fisik ybs terlihat sehat, namun secara emosi tampaknya ia masih mengalami trauma.

Penyiksaan-penyiksaan tersebut tampaknya dikondisikan secara sistimatis di sekolah-sekolah kedinasan tersebut. Sampai saat ini memang saya baru tahu ada di IPDN dan STTD. Entah di sekolah kedinasan lain seperti Akademi Militer atau Akademi Kepolisian. Entah tertutup rapat hingga tidak terendus media, atau memang tidak ada kejadian.

Namun yang jelas, hal tersebut menjadi indikator penting bahwa bangsa kita ini memang pecandu kekerasan. Sialnya, tidak hanya terjadi di masyarakat saja terpai juga di calon-calon aparat negara. Pantas saja korupsi dan manipulasi kerap terjadi dan sulit diberantas. Rupanya memang sudah dikondisikan sejak dini.

Perilaku senior-junior yang mengutamakan hubungan yang dibangun dengan kekerasan, mungkin efektif untuk menjalin relasi manipulatif dan birokrasi yang ‘lu ngomong gua bunuh!'. Relasi birokrasi yang berjalan berdasar ketakutan, ancaman, teror, dan kekerasan. Bukan relasi birokrasi yang sehat dan demokratis serta menjunjung kemanusiaan.

Pantas saja mau bikin KTP atau surat apapun selalu susah dan UUD (ujung-ujungnya Duit). Pantas saja, mungkin duit sogokan masyarakat tersebut untuk terapi psikologis aparat kecamatan-kelurahan eks IPDN (d/h. APDN, STPDN) yang selalu menjadi mimpi buruk mereka…

Fiuhhh….

Bandung, 10/04/2007
Foto: Kompas/Mohammad Hilmi Faiq
http://www.kompas.com/ver1/Nusantara/0704/03/191536.htm

4.04.2007

Kota Yang Dianiaya


Malam baru saja memulai harinya. Suhu udara mulai turun beberapa derajat. Selepas magrib itu, setelah bertemu dengan Imam seorang sohib lama, aku menuju ke timur Bandung untuk pulang. Motorku yang mulai renta, merayap perlahan jalanan dari Haur Mekar-Japati-Gasibu, untuk kemudian berbelok ke Surapati/Suci.

Sampai melewati pertigaan Gagak-Surapati kesadaranku masih dalam dunia andai-andai. Tak kupedulikan suasana jalanan dan keadaan malam itu. Pikiranku tertuju pada istri yang sedang hamil tua, pada pekerjaan, juga pada obrolan yang tadi dilakukan dengan Imam. Mendekati gedung Pusdai, tiba-tiba merasa heran, kenapa jalanan terasa lengang? Biasanya jalan Surapati dari Gasibu hingga Pasar Suci padat, dan seringkali macet. Sontak aku melirik ke kiri dan ke kanan, dan jrengggg…..

Di kiri-kanan jalan tampak onggokan kayu-kayu yang ditumpuk rapi menggantikan pepohonan yang biasanya rindang di sepanjang Surapati. Pemandangan tersebut berlanjut hingga perempatan Surapati-Pahlawan. Bahkan di sekitar kampus Itenas-Dapenpos pemandangan serupa terlihat walau dengan jumlah lebih sedikit.

Rupanya pepohononan yang rindang yang biasanya meneduhkan jalan Surapati telah ditebang seiring dengan rencana pelebaran jalan Surapati. Dibukanya fly over, jembatan layang, Pasteur-Surapati kembali menelan korban. Pada awalnya ratusan bahkan ribuan KK sepanjang jalur fly over yang kontroversial itu mengalami eksodus besar-besaran. Ribuan rumah dan bangunan digusur, ribuan orang berpindah pemukiman entah kemana sebagai koban gusuran. Tak puas dengan Paspati, roda pembangunan menggilas trotoar dan pepohonan sepanjang Surapati. Pembangunan fly over ternyata tidak cukup, jalan penunjang fly over pun musti diterabas agar fly over dapat menemukan fungsinya.

Menurutku pembangunan kota Bandung yang katanya ditata dan direncanakan oleh para ahli, hanyalah bullshit belaka. Pembangunan kota Bandung hanyalah facelift. Hanya seperti orang mengganti casing ponsel tanpa memperbaiki software dan hardware di dalamnya. Hanya ganti casing dari merah ke hijau, biru ke ungu, kuning ke entah. Tak lebih.

Sekian banyak pepohonan sepanjang Pasteur hingga Cicaheum dikorbankan atas nama pembangunan dan kelancaran ekonomi. Tak cukup dengan itu, jalur Tahura Djuanda-Punclut-Lembang kini dalam ancaman pembangunan jalan. Lagi-lagi atas nama kelancaran ekonomi dan pemerataan pembangunan.

Pembangunan apa? Pembangunan jalan layang, jalan tol, jalan raya berlapis beton, hanya dapat dinikmati orang-orang kaya yang memiliki mobil berjubel. Orang miskin yang berjalan kaki, naik sepeda, mendorong gerobak, mengayuh becak, naik angkot, naik bis kota sama sekali tidak bisa melewati jalan layang. Termasuk jalan layang Cimindi dan Kiara Condong. Orang miskin dipersilahkan berdesak-desakan, macet di bawah jalan layang, di jalan yang becek dan berlubang. Sementara itu pepohonan sumber udara bersih ditebang dan dikorbankan, diganti dengan plang-plang baja reklame produk yang sama sekali tidak kita butuhkan. Pembangunan jalan hanya menghamburkan devisa negara yang sebetulnya semakin menipis.

Pembangunan jalan hanya menguntungkan produsen kendaraan bermotor (baca: mobil) dan merugikan rakyat daripada membuat transportasi menjadi lancar. Langkanya BBM adalah karena disedot oleh orang-orang kaya yang memiliki mobil lebih dari kebutuhannya, dan subsidi BBM yang seharusnya menjadi milik rakyat miskin, dimakan oleh orang-orang kaya dengan mobil ber-ac-nya.

Pembangunan apa? Setelah bukit-bukit sekitar Bandung digunduli dan dijadikan pemukiman, kini pepohonan di dalam kota berada dalam ancaman. Coba hitung, 20 tahun lalu hampir setiap ruas utama kota Bandung masih diteduhi pepohonan. Tapi kini? Hanya tinggal sebagian Jalan Dago-Merdeka, Diponegoro hingga Ujung Supratman-A.Yani, Cihampelas, Cipaganti, sebagian Setiabudi, Sebagian Riau/Martadinata hingga Lingkar Selatan. Ruas jalan utama yang lain harus menunggu sedikitnya 20 tahun ke depan untuk kembali rindang. Itu pun bila pemkot tak lupa menanam kembali dan rajin menyirami pepohonan yang mereka tanam…

Pembangunan Bandung sebenarnya lebih pada penganiayaan dan pembunuhan. Bandung lama yang ‘gadis kampung’ perlahan dibunuh dan digantikan dengan Bandung Baru yang 'gadis metropolis'. Metropolis dengan segala kecongkakan dan kemunafikan. Bandung kini tak lebih dari sekedar perpanjangan tangan Jakarta yang penuh sesak dan berjubel. Setelah Botabek dan Karawang tak sanggup menahan derasnya Jakarta, kini Bandung mengalami getahnya.

Buktinya adalah pembangunan dan peresmian jalan to Cipularang yang dapat menghubungkan Bandung-Jakarta hanya dalam 1,5 jam saja. Bahkan lebih cepat daripada waktu tempuh Kampung Rambutan-Tanjung Priuk. Dan, lagi-lagi orang miskin tidak boleh lewat jalan tol. Jalan tol hanya untuk kalangan berduit saja. Orang miskin yang naik bis ekonomi hanya boleh lewat Cianjur atau tol Cikampek saja… Menyedihkan.

Bandung kini bukan Bandung yang kukenali lagi. Tak ada lagi kabut di pagi hari seperti 15 tahun lalu. Hampir setiap ruas jalan dilanda kemacetan parah sepanjang siang. Dulu, untuk mencapai Gedung Sate dari Kiara Condong dengan menggunakan angkot 09 hanya diperlukan waktu 15 menit. Bandung-Jatinangor menggunakan bis kota Damri Dipati Ukur-Jatinangor hanya 45 menit. Kini? Mimpi kali yee…

Sungguh, Bandung dianiaya para penguasa dan pengusaha. Dianiaya kekuasaan dan kekayaan. Bandung kini bukan milik orang Bandung lagi. Bandung kini tak bertuan. Bandung kini adalah Zombie Metropolis seperti Jakarta atau Surabaya. Bandung kini telah dianiaya oleh para pemuja harta dan konsumerisme. Mungkin, Bandung akan berganti nama menjadi Jakarta Timur Jauh atau Jakarta Timur Banget. Who knows...

20 Juli 2005, 12.00 WIB sungguh, aku menangis dibuatnya…

foto: dudi sugandi/PR On Line
pernah didistribusikan via Friendster Blog dan Milis Blue Hikers FSUP

Siapa Bilang...


Anggapan masyarakat yang mengatakan bahwa anak sekarang hidupnya lebih enak daripada anak jaman dulu, mungkin kini saatnya diganti. Setidaknya difikirkan kembali. Betapa tidak, anak sekarang yang duduk di SLTP atau SLTA, harus benar-benar kuat mental dan kuat biaya. Bagaimana tidak, sudah sekolah mahal, eh masih terancam tidak lulus juga. Sialnya, pintar sehari-hari juga tidak menjadi jaminan lulus Unas (ujian nasional).

Sebut saja Melati (17 tahun), siswi kelas 3 SMUN 6 di Jakarta. Menurut media massa, Melati adalah salah seorang dari sekian banyak pelajar yang tidak lulus dalam Unas 2006. Padahal yang bersangkutan, adalah bintang pelajar di sekolahnya, juara KIR (Karya Ilmiah Remaja), dan juara-juara lainnya. Lebih dari itu, Melati juga diberitakan telah mendapat beasiswa untuk melanjutkan studi di luar negeri. Tapi beasiswa itu tidak berguna lagi karena Melati tidak lolos unas. Sebuah ironi yang menyakitkan...

Jaman kita dulu, jauh lebih enak. Kalau ingin lulus, jadilah trouble maker dan bad influence di sekolah. Insya Alloh, sekolah akan meluluskan para pembuat onar. Daripada bikin onar karema tidak lulus, lebih baik diluluskan. Dan, kelulusan tersebut tidak berhubungan dengan ujian nasional yang dulu disebut Ebtanas (Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional) sepanjang pelajaran Agama, PMP (sekarang PpKN), dan Bahasa Indonesia tidak mendapat anga merah. Kalau masih merah juga, sediakan segepok rupiah untuk saweran dengan kepala sekolah atau penilik, pasti cespleng...

Jaman dulu juga tidak perlu beli banyak buku untuk sekolah. Bawa buku satu yang tipis dan dikantongi di kantong belakang, sudah bisa sekolah dan belajar. Tidak perlu beli LKS-LKS seperti yang sekarang menjadi momok menakutkan bagi para orang tua murid. Atau buku-buku handbook wajib lain, yang setiap tahun harus ganti. Dulu, kita masih bisa pinjam buku bekas kakak kelas kita, karena isinya sama saja. Sekarang? Jaman harap...

Jaman dulu juga pagar sekolah tidak setinggi sekarang. Jendela-jendelanya tidak diberi teralis, dan di pintu gerbang tidak ada satpam, sehingga memudahkan kita untuk lompat jendela, lompat pagar sekolah, dan lalu bolos ke dept. store terdekat untuk nongkrong, menggoda cewek lewat, sambil merokok seenaknya.(maaf, dulu belum ada mal...). Sekarang? Uh, penjara saja kalah sama sekolah. Pagarnya tinggi-tinggi dan jendelanya dilengkapi teralis besi. Di mal-mal sekarang banyak aturan untuk tidak merokok, dan supermarket terdekat sepakat untuk tidak menjual rokok pada remaja berusia di bawah 18 tahun.

Jaman dulu, ga punya ongkos buat sekolah, masih bisa jalan kaki sambil menikmati embun pagi dan matahari yang baru menghangat. Bebas polusi dan tidak takut tabrak lari. Jaman sekarang? Punya duit juga harus datang lebih pagi agar kebagian angkot. Mau jalan? Cari penyakit aja....

Jadi, sudah saatnya kita berhenti berkata (bisanya sambil bersungut-sungut iri) bahwa anak sekarang hidupnya lebih enak. Jujur saja, masa lalu kita (kebanyakan dari kita) sebagai pelajar masih lebih enak daripada anak jaman sekarang. Beberapa hal dari masa lalu yang enak, tidak bisa kita wariskan karena perubahan paradigma sosial masyarakat.

Jadi, hidup masa lalu!!!


foto: http://www.astriddita.com/blog/archives/2007/01/
tulisan ini pernah didistribusikan via Friendster Blog dan Milis Blue Hikers FSUP
07072006

Negeri Segala Ironi

Sudahlah, tak perlu banyak berdalil. Namun yang jelas, semoga Alloh SWT menurunkan azab pada mereka yang telah mendzolimi negara ini: Para Koruptor dan Penjahat Lingkungan Hidup.

Kita tidak punya bukti untuk mengungkap kejahatan dan kedzoliman mereka, tetapi Alloh lebih dari melihat, lebih dari sekedar mengetahui apa yang ada di negara ini. Negara yang dijuluki negara maling (kleptokrasi), negara yang telah dzolim pada rakyatnya. Pemerintah yang korup dan tidak membela kepentingan rakyatnya. Anggota Dewan (DPR/DPRD) yang juga manipulatif, bodoh, dan durhaka karena mensiasiakan amanat rakyat. Kaum kapitalis-borjuis yang mengutamakan penumpukan dan sentralisasi kekayaan.

Para petani menamanam padi tetapi mereka harus membeli beras dengan harga mahal. Sumber gas alam dan minyak bumi dari Sabang sampai Merauke, tetapi para ibu harus antre minyak tanah dan bersungut-sungut karena gas LPG hilang dari pasaran. Para dai dan ustad bicara banyak tentang dosa dan pendosa, tetapi kejahatan semakin meraja-lela.

Setiap hari ratusan ribu hektar hutan Irian dan Kalimantan ditebang dan kayunya mengalir ke Malaysia dan Eropa. Setiap hari ratusan ribu kubik pasir dari Riau dan Sumatra membuat Singapura bertambah luas. Setiap hari bencana lingkungan mengancam negara yang bodoh dan bobrok ini…

Negeri segala ironi. Saat pendidikan semakin sulit, biaya pendidikan pun semakin meningkat. Semakin banyak yang terdidik, semakin banyak pengangguran dan pecandu mimpi intelektualitas.

Ya Alloh SWT, tuntun kami dan keluarga kami dari azab-Mu yang pedih. Jangan jadikan kami seperti kaum nabi Nuh atau Luth. Beri kami kekuatan untuk selalu di jalan-Mu. Dan bila boleh kami meminta, berilah azab untuk tirani yang mendzolimi dan menyakiti rakyat. Azablah para koruptor yang mencuri biaya pendidikan dan kesehatan kami. Azablah para spekulan yang menyembunyikan beras dan energi kami. Azablah para pencuri yang bertahta di balik kekuasaan dan kemewahan…

Ciamis, 010407

Selamat Jalan Oom Chrisye


Jumat pagi, 31 Maret 2007. Televisi-televisi Swasta menayangkan berita duka cita:
Innalillahi wa inna illaihi rojiun. Telah kembali ke haribaan-Nya, H, Chrismansyah Rahadi atau Chrisye, setelah sekian lama menderita kanker paru-paru, dalam usia 58 tahun. Semua terhenyak. Semua berduka. Tapi Alloh SWT telah menentukan apa yang terbaik untuk ciptan-Nya. Kanker paru-paru itu tak akan lagi menyakiti Oom Chrisye. Sang Legenda Pop Indonesia, kini sudah kembali ke pangkuan Sang Khalik Penciptanya.

Lagu-lagu Oom Chrisye akan tetap dikenang para penggemar musik Indonesia. Tua dan muda. Bahkan mungkin untuk generasi baru yang saat Oom Chrisye meninggal, belum lahir. Lagu-lagu yang dinyanyikan Oom Chrisye akan senantiasa mengalun di jagat musik Indonesia.

“Hip-hip Hura-Hura”, adalah lagu yang pertama kudengar secara utuh, dalam arti tahu siapa yang menyanyikan dan bagaimana lagunya. Saat pertama kudengar lagu itu, aku masih duduk di SD. Kelas 4 atau 5 mungkin. Atau mungkin kelas 3 atau kelas 2. Entahlah, bagian itu tak penting. Yang penting yang kuingat adalah lagu tersebut kulihat di TVRI dalam acara Aneka Ria Safari (yang lebih dulu almarhum). Dengan gayanya yang khas, Oom Chrisye membawakan lagu riang itu diiringi penari latar yang berpakaian warna-warni.

[…]
O hip-hip hura-hura (hura-hura)
Uuu, aku suka dia (suka dia)
Uuu, aku jatuh cinta (jatuh cinta)
Dia pun menanti
Cinta bersemi di hati
Di hati ada cinta
[…]

Selain itu aku teringat akan kaset lama soundtrack film Badai Pasti Berlalu. Di album itu Oom Chrisye menyanyikan banyak lagu hits yang menembus batas ruang waktu. Bahkan di awal millenium baru, seiring re-make film tersebut, album Badai Pasti Belalu juga dirilis ulang dengan judul Badai Pasti Berlalu Millenium. Arransemen baru dan nafas baru lahir di album ini. Tetapi ciri khas dan kebeningan suara Chrisye tetaplah seperti yang kudengar di album terdahulu.

Semoga lilin-lilin kecil menerangi istirahatmu di samping-Nya Oom Chrisye
Semoga karya dan pengabdianmu menjadi inspirasi bagi kita yang ditinggalkan

foto: Kompas.com//Hasanuddin Assegaff
Ciamis, 010407

2.26.2007


http://6ix2o9ine.blogspot.com

si cikal. si budak sholeh. sing bageur-bener-pinter-cageur :)

kaula sadida karima dan uminya

kaula sadida karima, blue hikers, dan rolling stones. beberapa saat sebelum take off dari bandara sepinggan, balikpapan.

Kaula Sadida Karima: Motivasi Besar Untuk Tetap Survive dan Berjuang...

Skripsi dan Motivasi

Catatan Ini dipersembahkan untuk dua Sarjana Sastra baru: Oji dan Imad. Selamat ya.

Tahun 1999 yang lalu, saya berhasil lolos dari perangkap akademis yang membosankan melalui sebuah trial yang dikenal dengan nama skripsi. Bukan perjalanan mudah untuk lolos dan lulus. Tetapi sebetulnya juga tidak terlalu sulit untuk menyelesaikan skripsi. Mungkin bagi beberapa orang akan meremehkan prosesi akademik kuliah di jurusan Sastra Sunda. Jurusan yang dianaktirikan dan dianggap remeh, bahkan oleh para alumninya. Termasuk di dalamnya skripsi itu tadi.

Saya memasukan judul dan proposal penelitian pada semester XI atau tahun ajaran 1997/1998. Sedangkan skripsi tersebut ternyata baru kelar dua tahun kemudian atau akhir semester XIV di tahun ajaran 1998/1999. Itu pun masih ditambah dengan semester bonus alias summer class alias semester pendek. Shame on me, untung masih dapat A. Dengan susah payah dan katabelece. Masalahnya kenapa menjadi begitu lama adalah ada beberapa mata kuliah yang ternyata tak bisa dihapus/diganti, yang hanya bisa diikuti di semester pendek karena di semester reguler gak diambil/belum lulus. Masalah lain, saat itu saya masih keleyengan gara-gara di-PHK (Pemutusan Hubungan Kekasih) oleh seseorang yang kii sudah menjadi istri orang lain (Gusti, koq kasuat-suat lagi...), gak punya komputer, krismon, ganti judul, ganti pembimbing, dan banyak hal gak penting lainnya.

Kenapa banyak hal gak penting? Karena memang kebanyakan penghalang skripsi atau TA adalah hal-hal gak penting. Hal-hal yang seharusnya menjadi pemicu, bukan penghambat. Hitung-hitungan, jumlah-jamleh, skripsi tersebut menghaiskan dana penelitian sekitar Rp. 500.000 - Rp. 600.000, di luar ongkos-ongkos bimbingan. Kebanyakan uang sejumlah itu dibelikan buku, nge-print draft bimbingan (lebih dari 60%), dan keluyuran... Tidak termasuk ongkos ke sana ke mari lainnya yang tidak terhitung, plus sebuah kamera analog SLR Canon yang kusayangi, yang dijual untuk biaya skripsi (padahal duitnya dipake beli baju dan celana lapangan, kemping dan gentayangan ke mana-mana karena putus cinta...).

Dari segi waktu, bila sebetulnya efisien, skripsi hanya memerlukan waktu l.k. 3 bulan. Gak lebih. Molor jadi dua tahun? Berarti gak efisien... Untung saat itu banyak orang yang mau nolong buat support jasmani dan rohani. Seorang Deni Kadal menyediakan komputer yang bisa diakses siang malam buat pengerjaan skipsi (termasuk maen game, nge-BF, dan melototin gambar porno). Abah Donny yang 'kost-kostannya' di Panyawangan menjadi tempat buat banyak hal. BH dan sekre BH di student centre yang masih baru saat itu, yang jadi titik pemberangkatan buat pra-sidang (yang nyaris gagal karena baru bangun 5 menit sebelum pukul 09.00 WIB, jam yang disepakati untuk pra-sidang). Termasuk seorang Opah Tonny, yang dengan gayanya yang khas preman, memotivasi dengan satu kalimat sederhana "Mun maneh eureun kuliah gara-gara skripsi teu beres, aing moal wawuh deui ka maneh!!!"

Skripsi oh skripsi, bukan komputer atau segunduk buku yang dibutuhkan. Atau dosen pembimbing yang baik dan sedia kapan pun dibutuhkan. Tetapi skripsi lebih butuh motivasi daripada fasilitas. Di sela-sela inefisiensi itu, aku malah bisa membantu seorang Abah Donny menyelesaikan skripsinya, membantu membikin abstraksi skripsi linguistiknya Deni Kadal, membuat terjemahan simpulan dan abstrak dari Bahasa Indonesia ke bahasa Sunda punya Mang Rudi. Belum lagi membantu transliterasi English-Indonesianya Shinta dan Yuli Mini yang jurusan sastra Inggris, ide dan referensi tentang Issun Boshi dan Dora Emon buat TA-nya Angga Tyson yang Sastra Jepang. Biasa, rumput tetangga selalu lebih hijau. Tukul di sebrang lautan tampak jelas. Titi Kamal di depan mata ga keliatan...

Setelah skripsi selesai dan resmi menjadi penganggur, aku masih bisa bantu beberapa teman untuk menyelesaikan skrispsi. Aden yang Sarjana Hukum, yang lebih repot ngurusin komputer barunya yang sama sekali gak dia fahami daripada skripsinya (plus gonta-ganti pacar), Wilma yang sarjana Komunikasi yang minta ditemani begadang dan maen game di rumah Abah, diskusi dan sparring partner sama Imam Kerung buat ngebantu T.A.-nya Emul yang Sarjana Seni Rupa dari ISI Yogya. Termasuk dibayar Adjo Rp. 200.000 buat bikin draft dan kerangka skripsi sampai 60% jadi. Juga hibah sebagian buku buat seorang Pipit yang ternyata malah nikah sama orang lain :))

Motivasi. Hanya itu yang sekarang bisa diberikan. Karena pada umumnya, banyak mahasiswa gagal jadi sarjana karena tidak punya motivasi buat selesai. Tidak punya ide untuk memulai, dan malas untuk berfikir. Hanya motivasi yang baik yang bisa membangunkan orang-orang yang mau bangun dan mau maju... Motivasi yang baik hanya akan ngaruh pada orang yang terbuka pikirannya. Segoblok apapun bila motivasi dan motivatornya kuat, insya Alloh bisa lulus. Tapi sepintar apapun bila pikirannya gak terbuka, semuanya nonsense. Motivasi akan menjadi gayung bersambut hanya pada mereka yang ingin mengubah nasib.

Betul seperti apa yang dilansir Ayu, bahwa banyak hal seperti saat membuka selotip/solasiban. Selalu sulit di awalnya, tapi bila sudah tahu jalannya, akan lebih mudah dan tuntas. Kalimat ajaib itu saya dapat dari perkuliahan dengan Pak Hidayat Suryalaga di semester I. Saking ajaibnya, sampai hari ini kalimat itu masih terngiang-iang dan memancarkan pesona ajaibnya.

Mari memulai. Jangan ada kata tidak karena terlambat.
Dan skripsi? Bukan masalah berat koq.


Terima kasih buat banyak orang: sahabat dan kerabat. Kawan dan Lawan.
Pembimbing skripsi yang gak jelas ngebimbing apaan. Bapa dan Mamahku + dua adikku.
Termasuk Plato, Nietzsche, Karl Marx, Saussure, Freud, Heiddeger, Derrida, Foucault, Sartre, Albert Camus, Abrams, Renne & Wellek, A Teeuw, Jacobson, dan sedemikian banyak nama yang pernah menghantui kepalaku. Maaf, mulai dua tahun lalu aku mulai menghapus jejak kalian dari kepalaku...

Durian

Durian (duren, kadu, Durio zibethinus) adalah salah satu buah tropis terkenal yang rasanya "wah'. Walau sekujur tubuhnya buahnya dilapisi duri-duri tajam, tetapi didalamnya terdapat daging buah yang, susah deh diceritakannya, pokoknya enakkk.

Cita rasa durian sebagai buah tropis yang eksotis merupakan cita rasa yang tak mudah dilupakan. Saking digemarinya durian ini, di Asia Tenggara, durian dianggap sebagai rajanya buah-buahan. Durian bahkan konon katanya di masa kolonial dulu melahirkan banyak pujian dan cercaan dari Tuan dan Noni Belande di masa itu. Pujian karena rasa buahnya, dan cercaan karena aromanya yang mana tahaannn.

Tentu saja masalah aroma yang menyengat itu tidak dimonopoli oleh keluhan orang Eropa atau kulit putih atau bangsa lainnya yang tidak mengenal buah durian. Tetapi orang Indonesia pun tidak semuanya tahan menghirup berlama-lama ditemani aroma durian yang lebih tajam daripada durinya itu.

Ada cerita dulu di sekitar tahun 50-an, di masa pemerintahan Soekarno saat itu. Indonesia yang sedang mesra-mesranya dengan blok Timur, kedatangan Kruschev, seorang pemimpin dari negara adidaya Uni soviet (yang sekarang sudah tinggal nama), yang merupakan salah satu negara terkuat di blok Timur. Setelah acara makan malam kenegaraan, Kruschev kemudian dipersilahkan mencicipi durian sebagai hidangan pencuci mulut. Kruschev tampaknya terpesona dan menikmati hidangan penutupnya itu.
Komentarnya adalah "buah yang enak, tetapi baunya busuk sekali..."

Ngomon-ngomong soal bule, rekan kerjaku saat aku bekerja untuk sebuah yayasan di Balikpapan, ada beberapa orang bule yang sangat doyan durian. Mungkin karena mereka adalah para ahli biologi yang terbiasa hidup di dalam hutan dan sudah lebih dari 10 tahun tinggal di Indonesia, sering bergaul dengan orang Indonesia. Salah satunya adalah sebut saja Mr. Kimabajo. WN Inggris ini sudah tinggal di Indonesia lebih dari 20 tahun. Kimabajo bahkan menikah dan beranak pinak dari seorang istri (sekarang sudah cerai) yang Manado asli (dan lahir di Cimahi). Mr. Kimabajo adalah salah satu dari sedikit bule pemakan durian. Bahkan dia rela merajuk demi mendapatkan satu atau dua butir buah durian yang sebetulnya merupakan jatah makanan beruang madu yang dipelihara di enklosur beruang madu.

Selain durian, ada juga buah yang mirip durian, baik casing maupun isinya, namun rasanya tidak sama. Orang Kalimantan memanggilnya buah Lae, yang masih serumpun dengan durian dan merupakan buah-buahan hasil hutan (bukan hasil budidaya). Rasanya lebih kecut dan 'tiis' (hambar) dan aromanya juga tidak setajam durian. Selain itu ukuannya biasanya kecil-kecil dengan warna kulit sedikit kemerahan/kecoklatan.

Selain menjadi primadona manusia, durian juga digemari oleh satwa hutan. Bahkan harimau yang karnivora pun menyukai juga buah durian. Di Sumatera sering ditemukan bekas-bekas durian yang sukses dimakan si Raja Rimba itu. Tak jarang juga, para penunggu durian jatuhan (durian yang masak di pohon dan kemudian jatuh sendiri), adu cepat dengan si Raja Rimba mengambil durian yang jatuh dari pohon. Konon, durian jatuhan rasanya leih enak daripada durian yang dibudidayakan (dan dipetik buahnya sebelum masak).

Kembali ke masa lalu, saat masih berusia 9 atau 10 tahun, nenek dari kampung mengirimi kami sekarung durian yang belum matang benar. Agar cepat matang, maka ibu menyimpannya karung buah durian itu di gudang yang gelap. Dipeuyeum (bahasa Sunda) atau diperam agar matang dan layak makan. Entah kenapa dan sedang apa, aku tiba-tiba berada di gudang itu. Karena buah durian tersebut sudah mulai matang, maka aromanya mulai menggelitik hidung. Dalam gelap dan pengapnya gudang, akhirnya kutemukan harta karunku saat itu: sekarung durian yang harum dan menggoda. Tanpa ba bu banyak cingcong, dengan kepolosan dan kebegoan seorang anak-anak, kubuka dan kumakan durian itu satu persatu sampai kenyang. Aku baru tersadar setelah kuhitung sisa buah duian tersebut yang hanya tinggal 2 atau 3 buah lagi. Mungkin saat itu aku telah menghabiskan hampir 10 buah durian. sendirian, kesurupan.

Sekarang sih aku gak sanggup kalau harus menghabiskan 10 buah durian sendirian. Bukan gak sanggup makan, tapi gak sanggup bayarnya. Tadi pagi paman istriku datang sambil membawa dua buah durian lokal. Tidak sebesar buah durian Sumatera atau Kalimantan, tapi rasanya, wahhh, dahsyat. Rela deh malam ini dijauhin istri karena nafasku bau duren. ML emang enak, tapi durian juga gak kalah enak. Ternyata emang yang berbau-bau alias beraroma rasanya emang super duper enak ya. Sebut saja petai, jengkol (dua-duanya aku gak doyan), terasi, asin jambal, juga ...... (isi sendiri, dimulai dari huruf M), hehehe...

cukup jauh dengan durian: klik http://en.wikipedia.org/wiki/Durians

2.06.2007

Masih Sekitar Poligami

Tentu saja, apa yang dilansir Ayu Utami benar, bila "...Banyak pria yang enggan menolak poligami sebab pada gilirannya mungkin mereka membutuhkannya. Banyak muslim, pria dan wanita, yang takut melarang kawin ganda dengan alasan itu menyalahi Islam. Bukankah Nabi Muhammad memiliki beberapa istri? Melarang poligami artinya menyalahkan cara hidup Nabi...".

Sebagai seorang lelaki, yang sudah beristri dan beranak-pinak, saya sangat menyetujui dengan argumen Ayu Utami di atas. Masalahnya jelas, menikah dengan satu istri sudah jelas enak. Apalagi dengan dua atau tiga atau mungkin empat istri. Enak bila secara biologis kita mampu berbuat adil. Misalnya bergiliran satu istri dalam satu hari. Dalam empat hari berisrti bisa menggauli empat istri.

Dibanding misalnya, harus 'poligami' di lokalisasi seperti yang banyak dilakukan lelaki, atau 'poligami' dengan berbagai macam selir dan harim yang tidak jelas akad nikahnya, Poligami Aa Gym yang mencontoh teladan Rasulullah SAW tentu lebih terpuji. Dalam catatan sejarah yang sahih, Rasulullah SAW tercatat menjauhi dan tidak pernah melakukan zinah. Tapi, sampai hari ini, masih banyak saja yang mengaku umatnya (laki dan perempuan) melakukan zinah. dekat-dekat saja deh, kasus Maria Eva dan Yahya Zaini. Atu mungkin ada di antara kita atay teman kita yang sempat atau masih melakukan zinah dengan berbagai macam alasan?

Pemahaman pertama yang harus difahami adalah " Haram ya Haram. Halal ya Halal. Subhat ya Subhat, dst". Jangan lantas diubah dan ditafsirkan macam-macam. Apalagi dengan argumen-argumen yang tidak jelas dasar pemikirannya. Bila poligami dihalalkan. mengapa harus dilarang? Mengapa harus diharamkan? Bila zinah itu haram, tak ada alasan untukj menghalalkan.

Pemahaman kedua adalah, mengapa selalu saja ada pertentangan dan kontroversi terhadap apa yang dipercayai oleh orang lain? Artis-artis Hollywood ada yang mempercayai Scientific Religius. Agama ilmu pengetahuan, yang menyatakan bahwa manusia kelak akan dibawa ke luar angkasa oleh para penyelmatnya yang kita kenal sekarang dengan UFO. Para ahli biologi banyak yang menganut Darwinisme, yang berasalkan pada teori Darwin tentang evolusi. Kaum Nasarani percaya bahawa Isa Al Masih adalah gembala dan penyelamatnya. Bahkan para pastor katolik rela menjalankan kehidupan selibat (tidak menikah) karena mengikuti ajaran Isa Al MAsih yang juga tidak pernah menikah selama hidupnya. Kaum komunis sangat mempercayai pendapat dan fatwa-fatwa Karl Marx dan Engels tentang kesetaraan kelas dan komunisme. Ayatullah Khameini, Sadam Hussein, Osama bin Laden dan Al Qaeda percaya bahwa Amerika serikat adalah negara dajjal yang harus diperangi dengan berbagai cara.

Semua bermula dari apa yang dipercaya. Bukan dari yang tidak dipercaya. Kaum feminis percaya bila harus ada kesetaraan dengan laki-laki dalam berbagai bentuk. Tapi di banyak pihak banyak kaum perempuan percaya bahwa uang suami adalah uang istri, dan uang istri adalah uang istri. Kaum pologamis percaya bahwa poligami adalah cara untuk memberikan keadilan dan meredam perzinahan, tapi banyak juga yang sudah poligami, eh masih zinah juga...

jadi masalahnya: adalah apau yang kita percaya. Bukan yang tidak kita percaya.

Bahkan, kata siapa perbudakan sudah hilang? Quran tidak melarang perbudakan, tetapi Quran menganjurkan memerdekaan budak. Nike, Adidas, Reebok, Sony, Microsoft, bla-bla-bla adalah penganut paham perbudakan. Percaya dengan upah buruh rendah untuk meningkatkan keuntungan pribadi. Mungkin juga perusahaan tempat kita bekerja. Di Indonsia, perbudakan dilegalkan negara untuk keperluan kapitalisme. Bila tidak, tentu saja kaum buruh outsource tidak akan mengeluh. Bekerja untuk perusahaan A atas nama Perusahaan B. Legalisasi perbudakan.

Masalahnya? Apa yang kita percaya...

Saya percaya apa yang Aa Gym lakukan adalah pada tempatnya. Masalahnya saya melakukan poligami atau tidak, itu soal lain... Jadi, jangan menghujat poligami. Karena sama dengan menghujat Nabi SAW. Menghujat Nabi SAW berarti meragukan kapabilitas Al Quran. Meragukan kapabilitas al Quran, ya sudah ganti chanell saja...

Ibu

Ribuan kilo
Jalan yang kau tempuh
lewati rintangan
untuk aku anakmu

ingin ku dekat
dan duduk di pangkuanmu
sampai aku tertidur
seperti mas kecil dulu

seperti udara
kasih yang engkau berikan
tak sanggup ku membalas
Ibu

(Ibu, dinyanyikan Iwan Fals)


Selamat Hari Ibu 22 Desember 2006
buat Ibuku yang 33 tahun sudah mengasihiku
buat Istriku yang sudah menjadi ibu anakku
Serta buat teman-teman yang sudah menjadi ibu-ibu...