12.19.2006

Rolling Stones

http://6ix2o9ine.blogspot.com

Minggu sore, kamar yang lama tak ditinggalkan, kembali dibenahi. Berbagai barang, buku, dan oh... sampul CD Sticky Finger dan Sampul kaset Forty Licks-nya Rolling Stones yang lama 'menguap' ternyata tergeletak dalam kotak sepatu yang berdebu.

Jadi teringat ribuan file musik digital (*.mp3) yang semakin menyesaki harddisdk dan sebagian masih berada dalam CD. Teringat pula akan kaset Si Rolling Stones yang memang hanya tinggal sampulnya saja. Isinya, entah ke mana. Tapi walaupun kasetnya ada, tentu akan bernasib lebih buruk. Sebab semenjak booming digital music, praktis kegiatan mendengarkan musik beralih dari cassette player ke komputer, cd player, juga mp3 player 512 Mb merk murah merah yang kubeli beberapa bulan lalu. Cassette player? Uh sudah entah kemana... Bangkainya saja sudah tak ada...

Kembali ke Rolling Stones. Group musik legendaris dari Inggris ini memang keren. Bahkan semenjak saya masih anak singkong di kampung. Tetangga, para anak muda waktu itu, dengan bangga memakai kaos bercorak Union Jack yang masih benderanya Inggris (yang kemudian dikenal sebagai kaos Inggris), atau kaos ketat bergambar 'biwir jeding -letah ngelel' (bibir memble, lidah menjulur) yang dikenal sebagai logo band Rolling Stones. Ini akhir 70-an dan awal 80-an, seingat saya. Dari casette player tetangga kiri-kanan-depan-belakang jeritan Mick Jagger dengan Honky Tonk Woman, Suzie Q, Dead Flower bersahut-sahutan. Sungguh masa kanak-kanak yang asyik.

Di sudut lain yang sepi dan sempit, segerombol anak muda dengan diam-diam meniru kebiasaan nyimeng dan fly seperti yang biasa dilakukan musisi rock 'n roll saat itu. Di daerah Balubur, sampai ada sebuah gang yang dinamakan gang Stun, karena dulunya sering dipake nyimeng bareng-bareng sambil mendengarkan lagu-lagu stun. Stun (Stones) pun dikenal secara internasional sebagai bahasa slang untuk kegiatan nyimeng.

Anak-anak seumur kami pun asyik ber-stun-stun-an. "stun A, Stun B, Stun C, lariiii, sembunyi...", adalah bagian dari permainan kucing-kucingan. Belakangan beranjak remaja, saya baru tahu kalau Stun A-Stun B-Stun C adalah pelesetan, Di mana bila ada band kampung manggung di acara 17-an, bagaimanapun gayanya, selalu diminta untuk membawakan lagu Rolling Stones. " Stun A, Stun A!!!", demikian teriak para penonton kampung terhadap band kampung yang main di acara 17-an di kampung. Salah satu yang kuingat, saat itu di kampungku sebuah band kampung dengan pede meniru gaya personil Rolling stones saat manggung. Mulai dari kostum hingga stage attitude. Tapi yang mereka bawakan adalah lagu Nusantaran-nya Koes Ploes dan Borobudur-nya Julius Sitanggang (Hey, bagaimana kabarnya Abang satu ini?)

Hampir seperempat abad kemudian, tepatnya tahun 2002, EMI meluncurkan double album Forty Licks, berisi 40 lagu terbaik dan klasik dari Rolling Stones. Di sticker yang tertera di kaset berbunyi, "For the first time ever! The Definitive Rolling Stones Collection. 40 Remasteres Stones Classics Including 4 brand new songs". sampul berwarna dasar putih dengan gambar "letah Ngelel" berwarna-warni dan yang satunya judul lagu-lagu dalam double album itu.

Yeah, Rock 'N Roll is back baby. Aroma era 60-70an kembali meruyak seiring terdengarnya lagu-lagu Stones dari album 40 Licks. Walau menurut saya, Forty Licks tidak cukup memuaskan karena ada beberapa lagu yang tidak masuk kompilasi. Padahal dalam hemat saya lagu-lagu itu pantas dimasukkan dalam kompilasi itu untuk selanjutnya diperkenalkan pada generasi muda penerus bangsa RockNroll. sebut saja Dead Flower dari Album Sticky Finger, Sitting on A Fence, Suzy Q, Route 66. Yang sangat menyedihkan, Confession The Blues, Little Red Rooster yang sangat nge-blues tidak masuk, Padahal lagu-lagu itu adalah lagu klasik yang sangat RockNRoll dan mempengaruhi banyak lagu di kemudian hari.

Tapi memang seperti apa yang ditulis David Wild dalam pengantarnya "To some Forty Licks may be just some sort of pretty package, a handy souvenir, a convenient bit of mass musical merchandise. But for who those... here the first time ever in one place is nothing less than the Rosetta Stone of rock 'n roll, a living Bible for bad boys and girls of all ages..." Album forty Licks-nya Rolling Stones memang lebih dari sekedar kaset, tapi juga panduan gaya hidup bagi Rock N Roll enthusiast.

Dari sisi fashion, penampilan trend fashion anak muda juga kembali bergaya vintage rocknroll. bercelana jeans ketat dan berkaus ketat, rambut dipolem (poni lempar) atau bergaya rancung-gondrongnya Keith Richard. bahkan di Bandung, yang saya tahu, ada satu grup band yang berdandan a'la rock 'n roll dan hair do a'la Keith Richard. Yang keren, seluruh personil band tersebut seragam bergaya demikian. What a pity...

Bahkan beberapa group band scene lokal Bandung pun beberapa di antaranya kembali membawakan rock 'n roll dengan taste dan pengaruh kental Rolling Stones. Sangat nyetun. Stun lokal.

Eternal Recurrence of All Thing. Setelah era hingar bingar Hard Rock-Heavy Metal-Grunge-GrindCore-Nu Metal-Hip Metal, kini kembali bergaya rock n roll. Sambil terkantuk-kantuk karena begadang setelah melembur sampai pagi, saya mencoba mengobati kekecewaan saya dengan mengkompilasikan sendiri lagu-lagu Rolling Stones yang menurut saya keren. Dan oh, terkumpul sedikitnya 65 judul lagu... Saya berharap akan ada kompilasi resmi 65 licks dalam 4 album. Siapa tahu, dalam rock n roll selalu banyak yang bisa terjadi. ya, siapa tahu. Yeah...

No comments: